Street Food in Yerevan |
Gue memasuki Armenia lewat jalur darat dari Iran. Gue sempat dapat masalah di Imigrasi Armenia. Nama di Visa dua kata saja sedangkan di passport gue namanya tiga kata. Setelah menunggu beberapa lama, Petugas nelpon dan nanya petugas imigrasi lainnya. dan apekhirnya passport gue dapat stempel juga. fiuh...
Keluar dari imigrasi langsung dihampiri supir taksi. Setelah tawar menawar akhirnya deal tiga puluh ribu dram menuju Yerevan, ibu kota Armenia. Yerevan ternyata jauh juga berangkat sore dan sampe Yerevan udah tengah malam. Saat akan membayar, supirnya minta 35000 dram dengan alasan mobil dia Merci, jaraknya jauh dan banyak alasan lain lagi. Kami berdebat dan akhirnya membayar 33000 dram.
Kami sampai Yerevan tengah malam dan ngga tau mau kemana. Akhirnya kami memutuskan beristirahat di Supermarket yang buka 24 jam sambil numpang ngecharge ponsel kami dan browsing lokasi hostel paling murah. Jarak dari supermarket ke hostel ternyata lumayan jauh hampir 6km. Tiba tiba staf supermarket menyuruh kami pindah dan akhirnya kami keluar cari taxi lagi. Semua taksi yang kami temukan meminta 3000 dram menuju hostel yang menurut kami terlalu mahal dan akhirnya kami jalan kaki menuju hostel.
Untuk menghemat makan kami, kami memutuskan makan di warung pinggir jalan Yerevan. Saat akan membayar makanan kami, kami terkejut, karena kasirnya meminta 6000 dram padahal total harga makanan kami hanya 3800 dram. Akhirnya kami berdebat sengit dan alasan kasirnya masih ada biaya servis apalagi mereka capek mondar mandir antar makanan dan masih harus cuci piring lagi. Lah itukan memang tugas mereka. Karena udah capek berdebat akhirnya kami membayar 5200 dram. Sejak itu kami kapok makan dipinggir jalan.
Di Armenia gue merasakan culture shock. Orang orangnya dingin banget jarang senyum dan nyapa gue, sampai kami ditipu beberapa kali. Berbeda banget saat berada di Iran. Orang orang yang ramah dan selalu membalas salam dan tersenyum kepada kami.
No comments:
Post a Comment